Latest Entries
Sastra

‘Mbah Buyut’ Penerbit Indie Jogja

Wah. Tidak menyangka Shalahuddin Press ternyata ‘Mbah Buyut e’ penerbit indie di Yogyakarta. Kata bagan silsilah di Kampung Buku Jogja #2 yang dijepret salah seorang adik angkatan tersebut, Shalahuddin Press (1984-1989) adalah penerbit yang mula-mula merintis tradisi penerbitan indie di Yogyakarta. Penerbit ini menginspirasi atau memelopori lahirnya penerbit-penerbit indie lain di Yogyakarta. Sebut saja, Bentang Budaya, … Continue reading

Catatan

Kata Yang Kabur; Takir, Sudi, dan Pincuk

Masih ingat kosakata takir, sudi, atau pincuk? Suatu kali saya terhenyak karena menyadari betapa banyak perbendaharaan kata dari masa kecil saya yang hilang. Kali ini khusus kosakata di bidang kuliner. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, ada yang namanya kenduri. Kenduri adalah acara makan-makan disertai doa bersama yang diadakan saat hajatan atau selamatan. Kenduri dilakukan oleh … Continue reading

Celoteh Eyang Ben
Akademika / Catatan

Celoteh Eyang Ben

Saya jarang membaca biografi lantaran buat saya genre ini seringkali terlalu menjemukan. Benedict Richard O’ Gorman Anderson agak berbeda. Saya pernah menyaksikan langsung penulis Imagine Communities ini tiga hari sebelum kematiannya pada akhir 2015 silam. Sosoknya yang nyentrik membuat saya suka tertawa (minimal senyum-senyum) mengingatnya. Ia membikin biografi berjudul Hidup di Luar Tempurung (Marjin Kiri, … Continue reading

Andai Ada Pecel di Bekasi
Catatan

Andai Ada Pecel di Bekasi

Saya pernah berangan-angan menyantap pecel di Kota Bekasi. Alkisah, pagi itu, saya lagi-lagi hanya menemukan nasi uduk di dekat kosan. Lalu saya membayangkan kalau-kalau warung nasi uduk diganti saja menjadi warung nasi pecel, lengkap dengan segala sayuran;bayam, kangkung, kubis, kacang panjang, wortel, taoge, lalu disiram sambal kacang. Nasi hangat ditambah beberapa gorengan. Ah, nikmatnya.. Keesokan … Continue reading

Catatan

Mengikat-Melepaskan

Ketika tulisan lepas ini mewujud, saya sudah tiba di Bekasi lagi. Tepat tanggal 17 Juni. Tepat ketika tantangan kami bermula. Tiga puluh hari lalu, dengan setengah iseng-setengah serius, saya mengajak seorang teman yang baru setengah tahun lalu saya kenal di Bekasi untuk taruhan “30 Hari Nge-blog”. Yang kalah harus membelikan buku seharga maksimal Rp 50 … Continue reading

Catatan / Jurnalistik

Eigeland

Rabu (13/7) kemarin, satu eksemplar majalah Aramco World edisi May June 2016 Vol 67, No. 3 tiba di rumah Yogya. Sangat terlambat, mungkin karena terbawa Tukang Pos nyasar ke Negeri Senja saat mengantar surat untuk Alina. Lipsus pertama yang diangkat dalam edisi itu bertajuk “50 Years Behind the Lens,” semacam tribute untuk fotografer Aramco, Tor … Continue reading

Catatan

Ibukota

~Kota yang ramah, Kota yang tak ramah~ Selepas mudik lebaran, para pendatang baru berbondong-bondong tiba di ibukota. Orang-orang yang mudik membawa serta saudara dan kerabatnya untuk ikut mengadu nasib di Jakarta. Jakarta memang menawarkan mimpi bagi orang kampung, orang-orang di daerah. Orang tetap saja datang meski sudah melihat banyak kerabat yang hanya jadi pemulung atau … Continue reading

Catatan

Emosi Religius

Anak-anak muda di kota metropolitan yang heterogen saya rasa miskin emosi religius secara kultural. Mereka takjub melihat teriakan girang anak-anak saat arak-arakan pawai takbir. Mereka tak kenal rasanya shalawatan sampai tengah malam sambil menabuh rebana. Mereka bahkan tak pernah naik truk bersama orang sekampung untuk hadir di haul pak kyai pondok pesantren. Sebagian orang modern … Continue reading

Cahaya

Pantura

Pantai Utara (Pantura) pulau Jawa menjadi lokasi pertama kedatangan Islam di pulau Jawa pada abad ke-14. Islam masuk berbarengan dengan terbentuknya jaringan perdagangan para saudagar di Nusantara. Kota pelabuhan dan pesisir merupakan pusat interaksi dengan dunia luar dan para saudagar asing. Watak sosio-kultural di kawasan Pantura yang cenderung lebih cair dibanding bagian selatan pulau Jawa … Continue reading

Catatan

Mudik

  “Hanya kepulanganmu yang tidak ada di Tokopedia.” Bagi anak rantau, tidak ada kata yang lebih dirindukan selain pulang. Tidak ada tempat yang lebih nyaman selain kampung halaman. Orang rela menempuh waktu tak masuk akal sampai berjam-jam di jalan sekedar untuk menyantap sesuap opor bersama keluarga atau mendengar tawa sanak saudara. Menyesap kasih sayang, menyegarkan … Continue reading